Game of Thrones merupakan salah satu serial adaptasi novel yang sangat diminati, menceritakan sebuah dunia fantasi berlokasi di Westeros. Game of Thrones menceritakan tentang beberapa orang yang ingin memperebutkan tahta untuk menjadi raja Westeros.
Di zaman Game of Thrones dimulai, keadaan Westeros sedang tenang pada awal season 1, namun jauh sebelum itu ada pertarungan yang mematikan terjadi di tanah Westeros.
Yang memulai perang itu salah satunya adalah Robert Baratheon, seorang raja yang sekarang gendut dan hobi mabuk-mabukan. Namun di masa mudanya, ia memimpin pasukan besar untuk memberontak dari kerajaan dan berhasil merebut tahta dari Dinasti Targaryen. Pertempuran yang dikenal dengan "Robert's Rebellion" itu terjadi belasan tahun sebelum Game of Thrones.
Latar Belakang
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan, salah satunya adalah karena kesalahan Pangeran Rhaegar Targaryen, putra mahkota calon pewaris Iron Throne.
Turnamen di Harrenhal
Pada tahun 281 AC, sebuah kejuaraan turnamen besar-besaran digelar oleh Lord Walter Whent di kastil Harrenhal. Banyak bangsawan dari seluruh negeri datang kesini untuk berpartisipasi atau hanya sekedar menonton. Salah satu bangsawan yang ikut andil adalah Brandon Stark, pewaris Winterfell serta kakak dari Ned, Lyanna, dan Benjen Stark.
Yang spesial dari turnamen ini adalah datangnya Raja Aerys II Targaryen, ini adalah pertama kalinya ia meninggalkan Red Keep setelah beberapa tahun tidak berpergian. Selain itu, turnamen ini juga dihadiri oleh semua anggota Kingsguard, mereka berkumpul untuk menyambut anggota Kingsguard yang baru, yaitu Ser Jaime Lannister, anak dari mantan Hand of the King, Tywin Lannister.
Turnamen ini selesai dalam keadaan tidak menyenangkan, sesuai dengan tradisi, pemenang turnamen seharusnya menganugerahkan mahkota bunga kepadaa "Ratu Cinta dan Kecantikan" atau wanita tercantik. Putra Mahkota Rhaegar Targaryen merupakan pemenang kejuaraan ini, bukannya memberikan bunga kepada Ellia Martel, Rhaegar justru memberikan bunga ini kepada Lyanna Stark. Seperti yang kita ketahui, Ellia merupakan istri sah Rhaegal Targaryen, ia bahkan memiliki 2 orang anak dari hasil pernikahannya, sementara Lyanna Stark merupakan tunangan dari Robert Baratheon.
Penculikan Lyanna Stark
Rhaegar Targaryen dan Lyanna Stark secara misterius tiba-tiba menghilang, orang-orang beranggapan jika Rhaegar menculik Lyanna dan dibawannya ke suatu tempat. Brandon Stark saat itu sedang diperjalanan menuju Riverrun, ia hendak menikahi Catelyn Tully. Saat mendengar kabar Lyanna diculik oleh Rhaegar, Brandon langsung berubah haluan menuju King's Landing.
Sesampainya di depan gerbang istana Red Keep, Brandon berteriak memaki-maki Rhaegar Targaryen, ia meminta Rhaegal keluar menemuinya dan menantangnya. Raja Aerys II kemudian menangkap Brandon dan semua pengikutnya, mereka dituduh atas perencanaan pembunuhan Putra Mahkota.
Raja Aerys II memanggil ayah Brandon sekaligus pemimpin Winterfell, Rickard Stark untuk datang ke King's Landing. Rickard Stark dan 200 pasukannya yang sedang dalam perjalanan untuk menghadiri pernikahan anaknya kemudahan berbelok arah menuju ke King's Landing. Sesampainya disana, Rickard Stark mengajukan Trial by Combat, Rickard mengajukan dirinya sendiri, namun Raja Aerys II malah menjadikan "Api" sebagai jagoannya.
Rickard Stark kemudian mati terbakar hidup-hidup, sementara Brandon Stark mati tercekik saat hendak menolong ayahnya. Semua pasukan Utara yang ikut mengawal Rickard dan Brandon tak pernah kembali, kecuali Ethan Glover. Raja Aerys II kemudian memerintahkan John Arryn (Hand of the King) untuk membawakan kepala Ned Stark dan Robert Baratheon. Jon Arryn yang telah menganggap keduanya sebagai anak sendiri menolak perintah Raja, ia akhirnya menyuruh bawahannya untuk melawan dan memberontak.
Pemberontakan
Tak semua orang setuju dengan pemberontakan, ada beberapa house yang tetap mendukung Kerajaan walaupun mereka adalah bannerman dari pihak pemberontak.
Perebutan Gulltown
Pemberontakan dimulai pertama kali di wilayah The Vale, tak semua warga Vale bersedia mendukung pemberontaka Jon Arryn. Sebagian besar memilih untuk setia kepada pihak kerajaan. Marq Grafton dan para loyalis kerajaan menghalangi langkah pihak pemberontak untuk mendapatkan kota Gulltown. Karena Gulltown telah diblokade, Ned Stark memilih jalur lain untuk kembali ke Utara, sementara Gulltown berhasil diduduki oleh pemberontak dibawah pimpinan Robert Baratheon, Robert kemudian berlayar kembali ke Storm's End untuk mengumpulkan pasukannya .
Pertempuran di Summerhall
Sama seperti di Vale, kebanyakan warga Stormlands juga tidak setuju untuk ikut dengan rencana Robert untuk memberontak. 3 pertempuran terjadi di Summerhall, Lord Grandinson, Cafferen, dan Fell menghimpun pasukan dan mulai bergerak ke Storm's End. Robert yang mengetahui rencana mereka bergegas menuju Summerhall beserta pasukannya. Robert kemudian memenangkan pertempuran dan menangkap Lord Grandinson, Cafferen dan anak dari Almahrum Lord Fell. Ketiganya kemudian bersedia membantu pihak pemberontak, Robert kemudian bergerak menuju ke Utara untuk bergabung dengan pasukan Jon Arryn dan Ned Stark.
Pertempuran Ashford
Saat Robert dan pasukannya pergi meninggalkan Storm's End, ia menyerahkan kastilnya tersebut kepada adiknya Stannis Baratheon. Di Daerah Ashford, pasukan Stannis dicegat oleh pasukan Randyl Tarly yang memihak ke kerajaan. Lord Randyl Tarly berhasil melumpuhkan pasukan depan Robert. Tak lama kemudian, pasukan utama The Reach yang dipimpin oleh Mace Tyrell hadir, ia mengklaim pertempuran ini dimenangkan olehnya.
Lord Cafferen gugur dalam perang ini, kepalanya dikirim oleh Randyl Tarly kepada Raja Aerys II. Robert kemudian memilih mundur dan melanjutkan perjalanan ke Utara, Mace Tyrell tidak mau mengejar pasukan Robert, ia akhirnya memilih untuk memblokade Storm's End yang saat itu dijaga Stannis Baratheon.
Pertempuran Lonceng
Ned Stark bersama dengan Jon Arryn bergerak ke Riverlands dengan pasukannya masing-masing, mereka berdua meminta Hoster Tully untuk bergabung kepada pihak pemberontak.
Sementara itu, Lord Jon Connington (Hand of The King) sedang memimpin pasukan besar untuk mengejar pasukan Robert Baratheon. Alhasil pasukan Robert dibuat kocar-kacir, Robert yang terluka terpisah dari pasukan dan akhirnya berlindung disebuah kota bernama Stoney Sep.
Jon Connington kemudian merebut Kota Stoney Sep, ia mulai menggeledah satu-persatu rumah warga guna mencari Robert. Usaha dari Jon Connington sia-sia karena warga disana melindungi Robert. Tak lama kemudian Ned Stark datang bersama Jon Arryn dan Hoster Tully, mereka langsung berperang dengan pasukan Jon Connington, beberapa kali lonceng berbunyi guna memperingatkan warga agar tetap diam didalam rumah.
Robert Baratheon kemudian keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung berhadapan dengan Jon Connington. Pasukan kerajaan akhirnya mundur dengan bersamaan kalahnya Jon Connigton. Mendengar kekalahan itu, Raja Aerys II mengasingkan dan mencopot semua gelar Jon Connington, sebagai gantinya ia menjadikan Qarlton Chelsted sebagai Hand of The King.
Raja Aerys II memerintahkan Ser Gerold Hightower untuk memulangkan Rhaegar, sang pewaris tahta. Pangeran Rhaegar akhirnya kembali dan membujuk ayahnya untuk meminta bantuan dari House Lannister, karena jika tidak Lannister akan mendukung para pemberontak.
Elbert Arryn dan Denys Arryn gugur saat pertempuran, maka dari itu Jon Arryn tidak memiliki ahli waris untuk memimpin Vale. Hoster Tully berhasil meyakinkan Jon untuk menikahi putrinya, Lysa Arryn. Tak lama kemudian pernikahan rangkap diadakan dengan pasangan Jon Arryn - Lysa Tully dan Ned Stark - Catelyn Tully.
Pertempuran Trident
Doran Martell setuju untuk membantu pihak kerajaan, ia mengerahkan 10.000 pasukan Dorne untuk bersatu dengan pasukan kerajaan dibawah pimpinan Pangeran Rhaegar. Lewyn Martell diutus Raja Aerys II menjadi pemimpin 10.000 pasukan Dorne, ia juga memberitahu jika Elia Martel dan anak-anak ditahan agar House Martell tidak membelot ke pihak pemberontak.
Pasukan Kerajaan yang hendak melewati sungai Trident kemudian berpapasan dengan pihak pemberontak, pasukan kerajaan saat itu berjumlah 40.000, sementara pasukan pemberontak lebih sedikit. Pertarungan pun tak dapat dihindari, pertempuran Trident merupakan salah satu pertempuran besar dan merupakan titik penentuan dari perang besar ini.
Ditengah-tengah pertempuran, Pangeran Rhaegar dan Robert Baratheon memutuskan untuk bertarung satu lawan satu, duel itu terjadi dengan sengit. Beberapa kali Rhaegar dapat melukai Robert, namun Robert berhasil membalas dengan pukulan palu nya yang menghancurkan armor sekaligus nyawa Rhaegar sendiri.
Setelah melihat Rhaegar gugur, pasukan Kerajaan hancur dan melarikan diri. Lewyn Martell gugur, sementara Ser Barristan Selmy menyerah. Robert Baratheon kemudian mengklaim jika Iron Throne merupakan punya dirinya dan berniat untuk merebutnya dari Raja Aerys.
Robert yang terluka dari hasil pertarungannya dengan Rhaegar, kemudian mengutus Ned Stark menjadi pemimpin pasukan pemberontak untuk mengejar pasukan kerajaan yang kabur menuju King's Landing.
Pertempuran di sungai Mander
House Greyjoy dibawah pimpinan Quellon Greyjoy awalnya bersikap netral, anak-anaknya kemudian mendengar jika Pangeran Rhaegar telah meninggal, mereka bertiga langsung membujuk ayahnya untuk bergabung dengan pasukan pemberontak.
Karena House Lannister belum tahu mendukung siapa, Quellon Greyjoy memimpin 50 kapal untuk menyerang kawasan The Reach. Beberapa kota berhasil direbut dan dijarah pasukan Greyjoy hingga akhirnya pasukan Shield Island mencegat mereka di Sungai Mander, Quellon Greyjoy gugur dan digantikan dengan Balon Greyjoy yang langsung memimpin pasukan untuk pulang kembali ke Iron Islands.
Penjarahan di King's Landing
Raja Aerys II membakar hidup-hidup Lord Qarlton Chelsted karena tidak setuju dengan rencananya untuk menyebar wildfire keseluruh penjuru King's Landing. Kemudian Aerys II mengangkat Rossart sebagai Hand of the King yang baru. Ratu Rhaella Targaryen dan Pangeran Viserys kemudian dikirim ke Dragonstone demi keselematan mereka. Ser Willem Darry ditugaskan untuk mengawal mereka berdua sampai ke Dragonstone. Namun, Aerys II melarang Elia Martell dan anak-anaknya untuk ikut ke Dragonstone, ia menahan keduanya agar memastikan Dorne tetap berpihak kepada Kerajaan.
Walaupun pihak kerajaan telah kalah di pertempuran Trident, King's Landing sama sekali belum tersentuh. Karena Robert Baratheon sedang terluka, ia menyuruh Ned Stark untuk mengejar sisa pasukan yang kabur ke ibukota.
Tywin Lannister yang selama ini bersikap netral-pun akhirnya turun tangan, setelah mendengar kerajaan telah kalah, ia langsung bergegas menuju King's Landing mendahului Ned Stark. Tywin bersama 12.000 pasukannya menyatakan akan berpihak ke Kerajaan, setelah gerbang dibuka pasukan Lannister malah menjarah seisi kota dengan keji.
Melihat kekalahan didepan mata, Raja Aerys II memerintahkan untuk menyalakan wildfire diseluruh sisi kota, ia juga menyuruh Jaime Lannister untuk membawakannya kepala Tywin Lannister. Jaime malah membunuh Rossart, ia kemudian menyadari jika Aerys II tetap hidup dia akan menyuruh orang lain melakukannya. Jaime melakukan langkah berani dengan cara membunuh Raja Aerys II sebelum pasukan Lannister datang.
Sementara itu Ser Gregor Clegane dan Ser Amory Lorch diutus untuk membantai seluruh keluarga kerajaan yang tersisa, ia membunuh Pangeran Aegon dan Putri Rhaenys dengan keji, tak hanya itu Ser Gregor juga memerkosa dan membunuh Elia Martell.
Ned Stark yang datang terlambat melihat kota sudah dalam keadaan kacau, ia mendapati tubuh Raja Aerys II tergeletak tidak bernyawa, Ned juga melihat Jaime sedang duduk di singgasana kerajaan. Tak lama kemudian, Robert Baratheon tiba di King's Landing, Tywin segera memberikan jenazah Elia, Aegon, dan Rhaenys kehadapan Robert. Robert sangat senang sementara Ned tidak terima karena harus mengorbankan anak kecil yang tidak bersalah. Ned kemudian marah dan pergi ke Selatan untuk membersihkan sisa-sisa perang, sekaligus mencari adiknya Lyanna Stark.
Pasca Pemberontakan
Pemberontakan selesai setelah King's Landing jatuh ke tangan pihak pemberontak, namun ada beberapa masalah yang harus dituntaskan agar terhindar dari hal yang tak diinginkan, Robert mengutus Ned dan Stannis untuk membereskan masalah di Selatan dam Dragonstone.
Akhir Pengepungan Storm's End
Mace Tyrell memimpin pasukan untuk mengepung Storm's End, ia mengepung kota itu kurang lebih selama satu tahun. Storm's End sendiri dipimpin oleh Stannis Baratheon, karena kota itu telah diblokade maka pasokan makanan tidak bisa masuk. Banyak orang-orang Storm's End yang kelaparan dan kehausan, bahkan beberapa dari mereka rela memakan tikus. Beruntungnya ada seorang penyelundup bernama Davos Seaworth, ia berhasil berlayar menerobos blokade armada laut milik House Redwyne. Davos mbembawa banyak bawang bombai dan beberapa makanan lainnya.
Ned Stark datang dan segera memberitahu jika kerajaan telah kalah, ia meminta Mace Tyrell menarik pasukannya dan tunduk kepada raja yang baru. Tak mau menambah masalah, Mace Tyrell menuruti perinta Ned dan bergegas membubarkan pasukannya.
Pertarungan di Tower of Joy
Ned Stark bersama 6 orang kepercayaannya (Howland Reed, William Dustin, Ethan Glover, Martyn Casell, Mark Ryswell, dan Theo Wull.) melanjutkan perjalannya ke wilayah Dorne. Didekat Red Mountainz of Dorne mereka menemukan tiga anggota Kingsguard Aerys II yang tersisa, mereka adalah Lord Commander Gerold Hightower, Ser Arthur Dayne, dan Ser Oshwell Whent. Mereka bertiga sedang menjaga sebuah tower yang dinamakan Tower of Joy.
Ned bersama orang-orangnya bertarung dengan ketiga kingsguard tersebut, semuanya gugur kecuali Ned Stark dan Howland Reed. Ned langsung memasuki tower itu dan mendapatkan Lyanna yang sedang sekarat, sebelum kematiannya Lyanna memberitahu Ned tentang sesuatu yang penting.
Ned Stark kemudian pergi ke Starfall dan mengembalikan pedang Dawn milik Arthur Dayne ke adik Arthur, Ashara Dayne. Tak lupa Ned juga membawa jenazah Lyanna untuk dimakamkan di Winterfell.
Penyerbuan ke Dragonstone
Rhaella Targaryen dan Viserys Targaryen sampai dengan aman di Dragonstone, disana Viserys dilantik menjadi Raja oleh ibunya. Disisi lain Stannis Baratheon sedang menyiapkan armada lautnya, ia ditugaskan untuk menyerbu Dragonstone dan menangkap Rhaella dan Viserys.
Beberapa saat kemudian Rhaella meninggal dunia saat melahirkan Daenerys Targaryen, armada kapal Targaryen yang akan berlabuh ke Dragonstone hancur diterjang badai. Para pengikut Targaryen di Dragonstone sudah menyerah dan akan menyerahkan Viserys dan Daenerys jika Stannis datang. Namun sebelum Stannis tiba, Ser Willem Darry dan beberapa orang lainnya berhasil menyelundupkan Viserys, Daenerys, dan ibu susunya untuk kabur ke Braavos.
Walaupun Stannis berhasil merebut Dragonstone, namun ia dimarahi oleh Robert karena membiarkan Ser Willem Darry dan anak-anak Targaryen kabur. Stannis tidak mendapat hak atas wilayah Stormland, ia malah diberikan Dragonstone yang hanyalah pulau kecil.
Akhir Pemberontakan
Berdirinya Dinasti Baratheon
Setelah pemberontakan berakhir, Robert Baratheon mengklaim dirinya sebagai Raja atas Seven Kingdoms, ia mengangkat Jon Arryn sebagai Hand of the King. Sementara Ned Stark masih muak dengan perlakuan Lannister, ia tidak mau menerima jabatan apapun di kerajaan, dan memilih hidup tenang di Winterfell.
Robert menikahi putri dari Tywin Lannister, Cersei sebagai rasa terimakasih atas dukungan House Lannister. Pernikahan ini juga memperkokoh hubungan antar kerajaan dan Lannister jika sewaktu-waktu Viserys datang untuk merebut kembali tahtanya.
Marahnya Dorne
Kematian Elia Martell dan anak-anaknya membuat House Martell sangat marah besar, Prince Oberyn Martell menghimpun pasukan untuk mendukung Viserys Targaryen. Namun setahun kemudian Jon Arryn datang ke Dorne untuk mengembalikan jenazah Lewyn Martell. Jon juga berunding dengan Prince Doran Martell untuk membahas seputar Elia dan pertanyaan lainnya.
Setelah perundingan itu, Dorne mengurungkan niatnya untuk berperang, namun Doran Martell diam-diam rupanya masih menyusun rencana guna membangkitkan kembali Dinasti Targaryen.
Penutup
Pemberontakan Robert berhasil dengan sukses, Raja Robert Baratheon menikah dengan Cersei Lannister dan memiliki 3 anak. Robert memerintah dengan tenang kurang lebih selama 15 tahun. Walaupun Greyjoy sempat memberontak, pasukan Kerajaan dapat mengalahkannya dengan mudah.
Kedamaian Westeros kembali terusik setelah bocah ingusan bernama Joffrey dengan seenak jidat mengeksekusi Ned Stark. 5 orang pemimpin mengklaim dirinya sebagai raja dan berperang satu sama lain, itulah yang kita tonton di Game of Thrones.
Posting Komentar